Tentu sahabat-sahabat Lingkaran.org pernah mendengar kisah tertinggalnya Ka’ab bin Malik ra. dalam peperangan Tabuk.
Perang ini adalah peperangan yang sangat besar, Rasulullah telah mempersiapkan segala sesuatu dengan sangat baik, begitu pula para sahabat2nya ra. Banyak sekali para sahabat Nabi SAW yang ikut dalam peperangan Tabuk. Namun Ka’ab tertinggal, karena suka menunda persiapan-persiapannya dan menyesal ketika ternyata Rasulullah SAW dan para sahabatnya ra. telah berangkat dan tidak tersusul oleh Ka’ab bin Malik ra.
Saya tidak bermaksud menceritakan kisahnya secara lengkap disini, Sahabat dapat membuka kumpulan kisah berdasarkan Hadits/Nasihat para Sahabat Nabi SAW.
Saya hanya ingin menceritakan satu sekuel kisah, saat Rasullah tiba di Tabuk dan mendapati Ka’ab bin Malik ra. tidak ikut. Rasulullah bertanya pada para sahabatnya ra. ttg keberadaan Ka’ab.
Seorang sahabat berkata, “Ia tertinggal karena tertahan oleh kebun dan keluarganya.” (pada saat itu, Madinah sedang musin panas dan kebun-kebun sedang berbuah).
mendengar kabar itu, sahabat Mu’adz bin Jabal berkata, “Demi Allah, engkau telah mengatakan perkataan yang keliru, tidaklah aku menjumpai Ka’ab kecuali senantiasa ada dalam kebaikan.”
Apakah Sahabat melihat/merenungi reaksi Muadz ra. saat mendengar saudaranya sesama muslim dikabarkan telah melakukan keburukan? Muadz ra. tidak serta merta membenarkan, namun ia berbaik sangka kepada sahabatnya.
Husnudzon.
inilah sikap yang lebih didahulukan oleh Muadz terhadap berita yang menyangkut saudaranya sesama muslim.
Ini adalah pelajaran bagi kita, agar tidak serta merta menerima suatu kabar yang tidak jelas (tidak dapat mendatangkan bukti yg benar), sebelum kita mengkonfirmasi terlebih dahulu.
HUsnudzon, berbaik sangka, mari kita utamakan, ia adalah tingkatan terendah dalam menjalin ukhuwah (persaudaraan) islam. Mari kita hindari menggunjing/membicarakan orang lain. Berkatalah yang baik, karena sungguh sayang, bila lidah yang fasih itu, harus dibakar di api neraka. Wallahu’alam.
(masabud)