ada dua hal yang dideskripsikan oleh Allah sebagai ‘syifa’ (obat). yang pertama adalah madu, dan yang kedua adalah al-qur’an. madu sebagaimana kita ketahui adalah obat bagi penyakit-penyakit fisik. lain dengan al-qur’an yang berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit jiwa.
iri, dengki, amarah, kesedihan adalah contoh gangguan-gangguan yang menerpa hati. dada yang sempit (dalam arti kiasan) merupakan akibat dari penyakit dalam jiwa. pada taraf yang lebih tinggi, keburukan hati berimbas pada keraguan hingga kemunafikan. sesungguhnya semuanya itu dapat mengancam setiap manusia kecuali bagi mereka yang memiliki ‘antibiotik’-nya. dan serum itu diperoleh dari al-qur’an.
bagaimana cara agar memfungsikan al-qur’an sebagai obat? dengan berinteraksi dengannya. interaksi yang bagaimana? interaksi yang melibatkan lisan, akal, dan tentunya hati. maksud melibatkan lisan adalah tartil dalam membacanya, memenuhi haq-haq tiap hurufnya sehingga rahmat itu turun. maksud melibatkan akal adalah memahami maksud dari apa yang dibaca, minimal tema umum dari surat atau penggalan yang dibaca. sedangkan maksud melibatkan hati adalah meresapi dan mengaktualisasi maknanya.
pernahkah suatu ketika sedang gundah kemudian kita menghibur diri dengan al-qur’an? saat sedang sedih kemudian kita atasi dengan membaca al-qur’an? saat sedang ragu kemudian kita atasi dengan memahami al-qur’an? saat sedang marah kemudian kita atasi dengan meresapi al-qur’an?
kenikmatan seperti itu dapat diperoleh dengan membiasakan memiliki ‘waktu pribadi wajib bersama al-qur’an’. dalam seminggu luangkan satu waktu total untuk berdua bersama al-qur’an. bisa satu hari, setengah hari, atau satu jam yang khusus. bisa digunakan untuk tilawah, mendengarkan murottal, mendengarkan ceramah tentang al-qur’an, membaca terjemahan, atau membaca tafsir.
seperti ungkapan nabi ya’qub dalam surat yusuf: “hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”