Telah dibahas sebelumnya mengenai kedudukan bekerja di dalam pandangan Islam juga nilainya sebagai bentuk ibadah serta ketaatan kepada Allah. Setelah dipahami aspek motivasi yang merupakan penggerak lurusnya amal atau pekerjaan, selanjutkan akan dikaji seputar aspek pelaksanaan pekerjaan. Bagaimanakah Islam menggariskan teknis dalam bekerja? Diantaranya adalah ihsan dan itqan yang dapat disetarakan dengan istilah profesionalisme.
Allah telah menetapkan bahwa segala hal harus memiliki pondasi ihsan,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ
“Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan atas segala sesuatunya” (HR Muslim)
Ihsan sebagaimana dijabarkan terdiri dua macam: dalam hubungan kepada Allah, dan hubungan kepada makhluk. Diterangkan bahwa ihsan terhadap Allah artinya beribadah kepada-Nya seolah-olah melihat atau merasa diawasi oleh-Nya. Adapun ihsan terhadap makhluk adalah dengan menunaikan hak-haknya. Dengan demikian dalam pekerjaan, ihsan berarti memenuhi hak pemberi kerja (perusahaan), pekerja (karyawan), rekan, pelanggan, serta para stakeholder lain sesuai bidang pekerjaan tersebut.
Seorang karyawan yang parameter kerjanya adalah aktivitas rutin pada jam kantor, tidak boleh melanggar waktu kerja karena itu berarti mengambil hak pemberi kerja secara tidak benar. Bahkan fatwa ulama Lajnah Daimah Arab Saudi menegaskan penghasilan dari jam kantor yang dikorupsi itu tergolong memakan harta dengan cara yang tidak halal. Lain lagi dengan pekerja yang parameternya adalah performa atau hasil, maka ia harus berupaya produktif pada timeline sesuai dengan jobdesc yang diembannya.
Anjuran berikutnya ialah itqan yang bahasa arabnya diartikan sebagai rapi dan paripurna dalam sesuatu yang memerlukan keahlian.
إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta`ala mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqon dalam pekerjaannya” (HR Baihaqi)
Itqan dalam bekerja mengharuskan pelaksanaannya secara prosedural, proporsional, dan progresif. Pekerjaan harus dilakukan dengan benar dan disiplin menaati aturan serta tuntutan prosedur. Ia juga mesti dijalankan pada waktu yang seharusnya sesuai proporsi jam kerja dan tenggat tertentu. Kemudian tidak sekadar selesai, namun juga berupaya agar bisa mengembangkan pekerjaan, progresif untuk mencapai hasil dan nilai yang lebih baik dari tahapan ke tahapan; dari masa ke masa.
Demikianlah Islam mengajarkan setiap diri untuk tidak asal bekerja apalagi bekerja asal-asalan. Seorang muslim harus meyakini bahwa pekerjaannya dilihat oleh Allah dan diharapkan kontribusi manfaatnya terhadap sesama
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu” (At-Taubah 105),
bahwa hal itu merupakan amanat yang harus ditunaikan dan tidak disia-siakan
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya” (Al-Mu’minun 8),
harus bersungguh-sungguh mengerahkan upaya dan kemampuan tanpa bermalas-malasan atau berleha-leha
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (Al-Ankabut 69),
juga harus menceburkan diri untuk mencintai pekerjaan yang dipilihnya/dijalaninya dan menemukan passion di dalamnya. Pada akhirnya semoga pekerjaan itu menjadi wasilah untuk memperoleh kehidupan yang baik serta jalan menggapai ridha Allah.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl 97)