Dalam pembelajaran pembacaan Al-Qur’an ada istilah yang disebut ‘Thoriq’. Mengenai Thoriq/Thoriqoh/Tarekat ini, barangkali frasa yang lebih familiar di telinga adalah yang terkait aliran dalam ajaran tasawuf/sufisme, misalnya Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Hashafiyyah, dan lain-lain. Nama tarekat biasanya menggunakan nama guru yang mengajarkan atau yang menjadi rujukan dalam aliran. Bisa dibilang, Thoriq Qur’an pun secara mekanisme mirip seperti itu.
Thoriq adalah tingkatan ketiga pada hirarki madzhab membaca Al-Qur’an. Urutannya yaitu: Qiro’at, Riwayat, kemudian Thoriq. Madzhab yang populer di Indonesia adalah Qiro’at-`Ashim Riwayat-Hafsh Thoriq-Syathibi. Selain itu dapat juga berjuluk Riwayat Hafsh `an `Ashim min Thoriq Syathibiyyah.
Seperti telah banyak dibahas, Qiro’at adalah satu cara membaca Al-Qur’an (baik yang seragam, maupun yang terjadi perbedaan) dengan me-nisbat-kan metoda bacaan tersebut pada satu Imam Qiro’at. Tiap Imam Qiro’at memiliki rawi-rawi yang membaca berdasarkan Qiro’at Imam tersebut. Rawi ini adakalanya merupakan murid langsung sang Imam, ada pula yang tidak langsung (murid generasi berikutnya). Bacaan rawi ini disebut Riwayat. Adapun Thoriq -secara asalnya- dibawa oleh mereka yang membaca dari rawi (baik murid langsung maupun tidak langsung).
Tilik Riwayat Hafsh `an `Ashim. Imam `Ashim (Abu Bakar; `Ashim bin Abi An-Najud Al-Asadi Al-Kufi) adalah salah satu Imam Qiro’at. Oleh karena itu, bacaannya disebut “Qiro’at”. Tentu Qiro’at `Ashim (mengacu pada pengertian “Qiro’at”) memiliki kekhasan dibanding Qiro’at-Qiro’at lainnya. Sebagai salah satu contoh, lafazh “ma[a]liki yaumiddiin” pada Surat Al-Fatihah. `Ashim (bersama Al-Kisa’i) meng-itsbat-kan “alif” pada lafazh “maaliki” sehingga mim dibaca panjang (mad). Adapun imam lain (Nafi`, Ibnu Katsir, Abu `Amr, Ibnu `Amir, dan Hamzah) membuang/tidak memakai “alif” (hadzfu alif) setelah huruf “mim” sehingga dibaca “maliki” pendek/tanpa mad (sama seperti lafazh “malikin-naas” pada Surat An-Nas).
Tentu saja Imam `Ashim memiliki banyak murid yang belajar Al-Qur’an padanya. Dalam Ilmu Qiro’at, biasanya dipilih dua orang yang diejawantahkan membawa bacaannya. Ditetapkan dua rawi `Ashim masing-masing yaitu Syu`bah (Abu Bakar; Syu`bah bin `Ayyasy Al-Asadi Al-Kufi) dan Hafsh (Abu `Amr; Hafsh bin Sulaiman Al-Asadi Al-Kufi).
Antara bacaan Syu`bah dengan Hafsh ada persamaan dan adapula perbedaan. Menurut atsar, Imam `Ashim menerima bacaan (talaqqi) diantaranya dari Abu `Abdurrohman As-Sulami dan dari Zar bin Hubaisy. Abu `Abdurrohman As-Sulami membaca dari `Ali bin Abi Thalib; Zar bin Hubaisy membaca dari `Abdullah bin Mas`ud. `Ali dan Ibnu Mas`ud menerima dari Rasulullah. Imam `Ashim mengajarkan bacaan dari jalur Abu `Abdurrohman (dari `Ali dari Nabi) kepada Imam Hafsh. Sedangkan Imam Syu`bah diajarkan bacaan dari jalur Zar bin Hubaisy (dari Ibnu Mas`ud dari Nabi).
Jika kita membaca yang mana Imam Syu`bah dan Imam Hafsh sepakat (tidak terjadi perbedaan), misalnya Surat Al-Fatihah, maka kita dapat mengklaim bacaan kita sebagai “Qiro’at `Ashim”. Tapi apabila kita membaca yang mana antara Syu`bah dan Hafsh terdapat khilaf, maka bacaan tersebut harus dijuluki sebagai “Riwayat”. Contoh perbedaan Syu`bah dan Hafsh adalah pada perkara Saktah dan Tashil. Hafsh memakai Saktah pada empat tempat (Surat Al-Kahfi, Yasin, Al-Qiyamah, dan An-Nazi`at) serta Tashil pada Surat Fushshilat ayat 44. Sedang Syu`bah tidak memakai Saktah dan Tashil. Artinya bila kita sedang membaca dengan madzhab `Ashim kemudian menggunakan Saktah dan Tashil maka bacaan kita merupakan “Riwayat Hafsh `an `Ashim”. Namun bila kita tidak menggunakan Saktah maupun Tashil maka bacaan kita adalah “Riwayat Syu`bah `an `Ashim”.
Selanjutnya Imam Hafsh pun memiliki murid-murid. Secara asal-mula, bacaan yang dipraktekkan para murid inilah yang dinamakan “Thoriq”. Berbeda dengan “Riwayat”, pada kasus “Thoriq” ini tidak ditemui pembatasan jumlah yang ditahbiskan. Sebab perihalnya lebih kepada jalur pengajaran bacaan yang berhulu pada Imam Hafsh. Disebutkan oleh Ibnu Jazari dalam kitabnya “An-Nasyr fi Al-Qiro’at Al-`Asyr” bahwa ada sekitar 58 kitab qiro’at yang dirujuknya yang masing-masing membawa Thoriq tersendiri.
Untuk pembahasan kali ini kita ambil sampel dua buah Thoriq yang populer. Diantara yang membaca pada Imam Hafsh adalah `Ubaid bin Ash-Shobbah dan `Amr bin Ash-Shobbah. Dari jalan `Ubaid bin Ash-Shobbah ini Imam Abul-Qasim Asy-Syathibi merumuskannya dalam kitab “Hirz Al-Amani wa Wajhut-Tahani fi Al-Qiro’at As-Sab`”. Muncullah terminologi “Thoriq Syathibiyyah”. Sedangkan dari jalan `Amr bin Ash-Shobbah, Imam Al-Mubarok Al-Baghdadi merumuskan kitab “Al-Mishbah fi Al-Qiro’at Al-`Asyr”. Ibnu Jazari telah mengumpulkan Thoriq-Thoriq tersebut dan selainnya pada kitab “Thoyyibatun-Nasyr fi Al-Qiro’at Al-`Asyr”. Atas dasar itu, Thoriq `Amr bin Ash-Shobbah dari kitab Al-Mishbah lazim dikenal dengan “Thoriq Mishbah Jazariyyah”.
Pada Thoriq yang satu dengan yang lain juga terdapat perbedaan. Namun tentu saja perbedaannya tidak seperti perbedaan Qiro’at ataupun Riwayat. Hal yang paling menonjol antara Thoriq Syathibi dengan Thoriq Mishbah Jazari terletak pada masalah mad munfasil. Thoriq Syathibi menetapkan tawashshuth (panjang 4 atau 5 harkat) sedangkan Thoriq Mishbah Jazari menetapkan qashar (panjang 2 harkat) ketika wasal.
Baik “Qiro’at”, “Riwayat”, maupun “Thoriq” merupakan khilaf wajib. Artinya perbedaan itu harus kita kenali dan ketahui serta dipraktekkan bagi bacaan yang kita gunakan. Penetapannya bergantung pada apa yang diterima dari talaqqi kepada guru Al-Qur’an serta validitas sanadnya. Seperti itulah keabsahan bacaan Al-Qur’an sebagaimana ia diajarkan dengan metoda musyafahah bersambung secara mutawatir. Dengan demikian tegaslah bahwa bacaan kita adalah bacaan yang benar dan bersumber dari Rasulullah.
Allohu wa Rosuluhu a`lam.
asm bos mana nih contoh-contoh qiraatnya terutama yang dikembangkan di indonesia dulu :-)
pasti banyak yang pingin tau, :=D
wa`alaykumussalam wr wb..
contoh yang telah dibahas, lafazh “maliki yaumid-diin” pada surat al-fathihah. ada qiroat yg membaca pendek “maliki yaumid-diin”, ada yg membaca panjang “maaliki yaumid-diin”. selain itu banyak sekali contoh-contoh lain. insya Allah akan dibahas. semoga Allah memberi kesempatan dan pemahaman..
so, stay tune di web ini ya..
Sungguh indah rasanya ketika pemahaman harus mengikuti suatu aliran (baca : Madzhab) ini diterapkan di disiplin ilmu Fiqh (salah satu dari Madzhab Syafi’ie, Hambali, Maliki, dan Hanafi), Tauhid (Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi), dan Tasawuf (Imam Ghozali dan Imam Junaidi Al Baghdadi). Kenapa ya orang yang tidak mewajibkan bermadzhab dan harus langsung mencari dalil langsung dari Al Qur’an dan Al Hadits hanya membatasi pada urusan Fiqh dan Tauhid saja? Padahal mereka dalam tilawah sendiri langsung taqlid ke salah satu Thoriq. Bukankah penjelasan
Mudah-mudahan perbedaan ini menjadi suatu Rohmah yang khusnul khotimah.
Mari jadikan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma’ Ulama, dan Qiyas Mu’tabar sebagai asas kita berdasarkan kitab para ulama (Kitab Kuning)
Assalam.
Ustadz, tambahin algi pengetahuan tentang qiro’at Al Qur’annya…
soalnya di Indonesia jarang yang memperhatikan jalur sanad dalm membaca Al quran
thank’s Barakallahu laka
Assalammualaikum ,,ustadz,,mau tanya ni,,,klo mksdnya pada paragraf 10 : Ubaid bin Ash-Shobbah dan `Amr bin Ash-Shobbah. Dari jalan `Ubaid bin Ash-Shobbah ini Imam Abul-Qasim Asy-Syathibi ,,,
nah yg sy mau tnyakan ini : Imam Abul-Qasim Asy-Syathibi ,,ni syiap nya dr Ubaid bin Ash-Shobbah,,pa riwayatnya lg pa grunya pa bgmn ,,,ustadz,,trm ksh
Imam Asy-Syathibi belajar dari guru dari guru dan seterusnya sampai kepada `Ubaid Ash-Shobbah. Lebih jelasnya dapat dilihat di sanad ini http://halaqahquran.com/sanad-riwayat.htm
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Jazaakumullah khair atas penjelasan mendetailnya. Saya ingin bertanya mengenai thariq yang ditempuh oleh kebanyakan Imam Masjid al-Haramain khususnya Masjidil Haram, kenapa rata – rata mad munfashil yg digunakan adalah adalah yg 2 harakat, apakah di Makkah atau bahkan Arab Saudi pada umumnya, thariq yg dipelajari kebanyakan Thariq Mishbah Jazari?