Muqaddimah
Islam adalah agama yang peripurna. Segala hal dalam kehidupan ini, mendapat porsi dalam Islam. Islam adalah diin al-adab, atau agama yang mengajarkan norma-norma luhur dan suci bagi umat manusia. Salah satu hal terkait norma-norma yang diajarkan Islam adalah adab berbicara. Allah menciptakan umat manusia dengan dua telinga dan satu mulut agar mereka lebih banyak mendengar daripada berbicara. Berbicaralah sedikit saja tetapi mengena, berkualitas, dan bermakna, daripada berbicara panjang lebar tidak jelas manfaatnya. Allah berfirman,
Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang dalam shalatnya selalu khusyu`. Dan orang-orang yang dari hal yang tidak berguna mereka selalu bepaling. [QS Al-Mu`minun (23) : 1-3]
Mukmin yang seperti ini adalah mukmin yang memiliki sifat-sifat yang dekat kepada Rasulullah, di mana diamnya adalah fikir, ucapannya adalah dzikir, dan amalnya adalah keteladanan.
Bergurau
Tertawa merupakan fitrah manusia apabila manusia menemui suatu kelucuan. Sebagai agama yang mengatur segala gerak gerik manusia, Islam juga telah memberikan panduan dalam hal tertawa. Allah swt sendiri berfirman,
..Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis [QS An-Najm (53) : 43]
Tertawa yang sedang, tak ubahnya bagaikan balsem penawar bagi ruhani, obat mujarab bagi diri seseorang dan memberikan kesenangan kepada hati yang kepayahan.
Rasulullah juga suka bersenda-gurau, bercanda, dan tertawa. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yg ‘akrab’. Karena tertawa pada tempatnya bisa mengakrabkan orang, bahkan bisa mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa, atau dengan kata lain dapat mempererat ukhuwah. Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumud-Din, menuliskan bahwa Ali bin Abi Thalib pernah menceritakan bahwa Rasululloh adalah seorang yang periang, ramah, orang yang paling banyak tersenyum di hadapan para sahabatnya, merasa kagum terhadap apa yang dibicarakan para sahabatnya itu bahkan kadang-kadang tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.
Namun ada batasan-batasan dalam tertawa dan bersenda gurau. Rasulullah tidak pernah berlebihan dalam hal itu. Beliau tidak tertawa berlebihan hingga berguncang tubuhnya atau hingga terlihat langit-langit mulutnya. Beliau juga pernah bersabda,
Hati-hatilah kamu dengan tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati. [HR Tirmidzi]
Dalam bersenda gurau, tetap harus dijauhi hal-hal yang dilarang, seperti berbohong. Apabila Rasulullah saw. bercanda, maka tidak ada muatan kedustaan dalam candaanya itu.
Sesungguhnya aku juga bercanda, dan aku tidak mengatakan kecuali yang benar. [HR At-Thabrani]
Diantara riwayat-riwayat yang menjelaskan hal itu adalah:
1. disebutkan bahwa seorang sahabat berkata ”wahai rasulullah, saya ingin agar engkau memberiku kendaraan unta”. Rasul menjawab ”aku tidak menemukan kendaraan untukmu, kecuali anak unta betina”. Sahabat itu kemudian berpaling dengan sedi, lalu rasul memanggilnya dan berkata ”tidak ada unta melainkan ia adalah anak unta betina”.
2. seorang wanita tua datang kepada nabi saw. meminta untuk dido`akan agar masuk surga. Maka nabi menjawab ”tidak ada nenek-nenek masuk surga”. Wanita tua itu kemudian menangis kecewa. Lalu nabi berkata ”sesungguhnya kamu tidak pada ketuaanmu pada hari itu karena Allah berfirman,
Sesungguhnya kami menciptakan mereka dengan langsung dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan [Al-Waqi`ah (56) : 25-36]
nah, bahkan dalam canda-tawa Rasulullah terkandung pelajaran. Sama sekali bukan hal yang sia-sia, bukan sekadar main-main.
Gurauan yang sekadar main-main dan menyengaja melucu akan mendatangkan mudharat, seperti sabda Rasulullah,
Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa. [HR Bukhari]
Sungguh seorang hamba ketika mengucapkan suatu ucapan, tidak lain hanya untuk membuat orang lain tertawa, ia bisa jatuh di neraka lebih jauh antara langit dan bumi. [HR Baihaqi]
Yang paling harus dihindari adalah tertawa ketika melakukan perbuatan-perbuatan zhalim, tertawa ketika mendengar ayat-ayat Allah yang menjelaskan siksa neraka, tertawa ketika seseorang menjelaskan ilmu-ilmu agama dan menganggapnya seperti gurauan yang tidak bermakna. Na`udzubillah.
Perlu dicermati juga nasehat pemimpin perjuangan Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-banna:
Jangan banyak tertawa, karena orang yang selalu berhubungan dengan Allah bersifat tenang dan serius.
Jangan banyak bergurau, sebab ummat yang berjihad hanya mengenal keseriusan.
Maka berhati-hatilah kita dalam berbicara, khusunya dalam bergurau. Hendaknya semua yang kita ucapkan harus mengandung kebaikan. Begitu pula gurauan, hanya digunakan untuk menyegarkan hati dan mempererat ukhuwah, dengan tidak berlebihan. Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam. [HR Bukhari-Muslim]
Janganlah banyak bicara, jika tidak mengenai dzikir Allah, maka sesungguhnya banyak bicara tanpa dzikir Allah itu menjadikan hati pembicaranya kesat.
Sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah pada hari Kiamat ialah orang yang kesat hati. [HR Tirmidzi]
Penutup
Umar bin Khaththab r.a. berkata:
“barangsiapa banyak tertawanya, niscaya kurang kewibawaaannya. Barang siapa bersenda gurau, niscaya ia dianggap ringan. Barang siapa memperbanyak sesuatu niscaya ia dikenal dengannya. Barang siapa banyak perkataannya, niscaya banyak kesalahannya. Barangsiapa banyak kesalahannya niscaya sedikit malunya. Barang siapa sedikit malunya, niscaya sedikit sifat wara’nya. Barang siapa sedikit sifat wara’nya, niscaya mati hatinya”
Dalam bersenda gurau hendaknya tidak berkata kecuali kebenaran, tidak menyakiti hati orang, tidak melewati batas padanya, dan tidak berlebihan (sering) dilakukannya, serta memperhatikan situasi juga kondisi lawan bicara.
WAllohu a`lam.
Maraji`
– Ihya’ Ulumud-Din
– Visualisasi Kepribadian Rasulullah
– Usrahonline
– Dll.
Q1: Mul, bagaimana dgn kasus sebagai pelawak maupun pada acara2 tertentu maupun pada film, apakah ini bisa dikategorikan sebagai akting saja?
Q2: Bagaimana pula dengan lagu2 yg lucu, bagaimana sebaiknya? baik dalam penciptaannya mauon pada saat membawakannya
makasih mul…
@midun18
yg dibahas di atas itu dalam rangka percakapan. jangan sampai berlebih-lebihan dalam bercanda, misalnya demi membuat rekan bicaranya tertawa akhirnya nyerempet membicarakan aib orang (yg mungkin lucu), dusta, hal tidak senonoh, dll.
masalah dalam entertainment, itu masuk segmentasi lain. ada buku judulnya ‘hiburan dan waktu luang’, disana dibahas. selama tidak ada unsur maksiat (dlm lirik, sandiwara, pentas, pembawaan, dll.) maka boleh saja, jika tujuannya utk penyegaran serta tidak boleh berlebihan sehingga melalaikan perkara-perkara kewajiban (shalat, tilawah, belajar, dll.).
meskipun (catat juga) ada pendapat kaku yg melarang secara mutlak segala sandiwara dan lirik/syair/lagu.