Muhammad SAW adalah manusian biasa dengan seluruh sifat kemanusiaannya. Sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan.
Beliau berjalan di pasar, membawa berang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong daging serta menyiapkan sayuran di dapur. Beliau juga merasakan apa yang dirasakan manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.
Sebagai seorang pemimpin, beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakah kekalahan dan kesedihan. Tubuhnya tidak terdiri dari besi tapi tilang dan daging biasa. Tulangnya pernah robek dan pelipisnya pernah terluka parah dan dua giginya tanggal terkena pukulan di Uhud.
Perbedaan satu-satunya beliau diamanati wahyu (plus mukjizat sebagai alat pembuktiannya) dan senantiasa dibimbing Allah jika melakukan satu tindakan atau pilihan yang tidak tepat. Selebihnya adalah manusia biasa… Rasul pilihan dan kekasil Allah.
Berbagai teori tentang kepemimpinan telah banyak dibahas di berbagai kalangan hanya saja yang menjadi permasalahan kini, adalah belum ada yang mewujudkannya secara keseluruhan dalam dunia nyata sedemikian sehingga dapat benar-benar kita tiru.
Meskipun demikian, kita tak semestinya risau, terutama sebgai seorang muslim sebab contoh teladan kepemimpinan itu memang ada dan kita miliki. Dialah Rasul yang mulia Muhammad SAW. Rasanya cukuplah beliau sebagai suri tauladan baik kita dari segala bidang termasuk kepemimpinan.
Salah satu teori kepemimpinan yang cukup dikenal masyarakat umum, adalah empat fungsi kepemimpinan (the 4 roles of leadership) yang dikembangkan Stephen Covey. Konsep ini menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki empat fungsi kepemimpinan, yaitu sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering), dan panutan (model). Continue reading “Belajar kepemimpinan dari Rasullullah SAW”