“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” …(QS An Nur: 30)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan sebagian pandangannya dan memelihara kemaluannya. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya” (QS An Nur: 31)
Menjaga pandangan adalah salah satu bentuk perintah yang Allah berikan kepada para mu’min-orang orang yang beriman yang ditujukan untuk menjaga fitrah para manusia dari dosa dan maksiat yang bisa menjerumuskan mereka ke dalam kekufuran dan murka Allah.
Seperti diketahui bahwa pandangan adalah salah satu jendela manusia untuk melihat dunia.. jika tidak dijaga maka bisa saja “yang dilihat pandangan” menjadi sumber maksiat dan dosa. Dalam banyak konteks, menjaga pandangan dikonotasikan ke arah pandangan ke arah lawan jenis karena banyak sekali dosa dan maksiat yang bisa timbul akibat hal tersebut, meskipun sebenarnya konteks pandangan di sini bisa jadi jauh lebih luas daripada itu.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang lebih baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)
Adapun beberapa hal penting terkait menjaga pandangan ini adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah pernah menjelaskan bahwa pandangan pertama tidak berdosa, yang penting adalah tidak memfollow up pandangan dengan pandangan berikutnya
2. Godhul Bashar sudah ada sejak zaman Rasulullah dan juga kekhailfahan, namun setiap zaman memiliki karakteristik tantangan zaman yang berbeda yang bisa jadi membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun berakar pada hal yang sama. Maksudnya adalah tuntunan “menjaga pandangan” tentu ada dalam Al Quran, hanya saja karakteristik zaman yang berbeda akan membuat “aksi” nya berbeda juga. Misalnya tantangan global era teknologi informasi yang menjadikan zaman ini lebih “digital” yang harus diantisipasi dengan cara-cara yang tepat
3. Bentuk pengingatan dari saudara/i dalam bentuk tausiyah, dan ta’awun karena kadang “sendiri” itu butuh effort ekstra. Hal ini juga yang menjadi salah satu keindahan “beramal jama’i”
4. Salah satu strategi menjaga pandangan adalah mengalihkan pandangan, seperti yang pernah dicontohkan oleh Ali Bin Abi Thalib
5. Jika sudah kepalang terjadi, untuk menjaga sensitifitas hati dan menghindari follow up bisikan setan yang lebih dahsyat lainnya, maka bertaubatlah dan perbanyaklah amal shalih supaya tidak terjadi yasna’un (QS Hud 114),
6. Memelihara shalat
7. Ghodhul Bashar itu berat tapi ini jauh lebih ringan dibandigkan dengan dampak yang akan terjadi karena memandang bisa mengakibatkan “tekanan-tekanan jiwa” dan ketidakterjagaannya hawa nafsu
8. Jika mata sudah memandang (konotasi negatif), maka pandangan tersebut akan bisa melemahkan jiwa, mengurangi keberkahan dakwah (karena bercampurnya niat karena Allah dan bukan karena Allah), dan berkurangnya keikhlasan
9. Hikmah menjaga pandangan:
a. Halawatul iman, merasakan kelezatan iman yang dimulai dengan menjaga sahwat mata
b. Karaman dalam jiwa yang mengakibatkan penglihatan menjadi terseleksi hanya karena Allah saja
c. Quwwatun Qalbu (kekuatan hati), menjaga izzah karenna mata yang terbiasa maksiat akan mengurangi izzah manusia tersebut.