Dalam satu kesempatan acara mabit i`tikaf bersama Ustadz Abdul Aziz Abdur Rauf, saya mendapatkan buku beliau yang berjudul “17 Motivasi Berinteraksi dengan Al-Qur’an” (diterbitkan langsung oleh panitia Masjid Raya Habiburrahman, PT Dirgantara Indonesia, Bandung, 2007). Alhamdulillah ada laman yang menulis ikhtisarnya sehingga dapat diakses lebih mudah (jazahumullahu khayran). Berikut saya cantumkan sinopsis beserta tautan yang bisa ditelusuri untuk setiap topik bahasan. Mudah-mudahan bisa mempertahankan dan meningkatkan motivasi kita dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Pun semoga Allah senantiasa menjaga Al-Ustadz dan menjadikan ilmu beliau bermanfaat untuk umat.
17 Motivasi Berinteraksi dengan Al-Qur’an
Telah kita ketahui – dari hadits shahih yang bersumber dari Aisyah Ra. – bahwa tabi’at dan akhlaq Rasulullah Saw adalah Al-Qur’an. Beliau adalah The Living Qur’an, Al-Qur’an yang hidup. Sementara itu, para Sahabat, para Tabi’in dan para salafush shalih adalah ahlul Qur’an. Artinya nilai-nilai Al-Qur’an telah diinternalisasi ke dalam diri mereka dengan sangat baiknya. Dan sejarah umat manusia mencatat dengan tinta emas kiprah salafush shalih kita yang berhasil membangun peradaban dan masyarakat madani dengan beberapa ciri: berakhlaq, adil, toleran, intelek, harmonis, aman, dinamis dan sejahtera.
Proses internalisasi Al-Qur’an tidak mungkin dapat terjadi jika umat Islam tidak dekat dengan Al-Qur’an. Kedekatan dengan Al-Qur’an hanya bisa terjadi jika kita memiliki iman yang memadai dan terus menerus berinteraksi dengan Al-Qur’an – dalam segala bentuknya , seperti tilawah, tahfidz, tadabbur dan mengajarkannya – secara intens.
Buku ini memaparkan berbagai tahapan dan motivasi serta beberapa persoalan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, dengan pendekatan yang pas. Istimewanya, buku ini disusun oleh seorang ustadz yang bukan saja telah hafidz (hapal) Al-Qur’an sejak usia muda tetapi beliau juga terjun langsung ke tengah umat untuk mengawal Al-Qur’an dan mengkader murid-muridnya dengan konsisten.
1. Langkah-langkah Membangun Kemampuan Berinteraksi dengan Al-Qur’an
http://www.binamuslim.com/2007/09/13/membangun-kemampuan-berinteraksi-dengan-al-quran.html
Kita dan para pelajar sering mengeluh mengenai Al-Qur’an. Tak punya waktu untuk tilawah, tak lagi cukup muda untuk memulai tahfidz (menghafal), dan tak mampu tadabbur karena tak paham Bahasa Arab. Jika kita kurang berinteraksi dengan Al-Qur’an, akan lahir para intelektual yang hanya kaya ilmu tapi tanpa ruh. Ilmu yang tanpa ruh akan kehilangan fungsi utamanya. Fungsi utama ilmu adalah untuk mengantarkan manusia kepada pengenalan (ma’rifah) kepada Allah Swt.
2. Sudahkah Anda Memiliki Iman yang Cukup untuk Berinteraksi dengan Al-Qur’an?
http://www.binamuslim.com/2007/09/14/sudahkah-anda-memiliki-iman-yang-cukup-untuk-berinteraksi-dengan-al-quran.html
Apapun bentuk interaksi kita dengan Al-Qur’an membutuhkan modal utama berupa iman yang kuat kepada Allah Swt. Sebaliknya, kedekatan kita dengan Al-Qur’an merupakan indikator keimanan yang baik. Kesucian jiwa juga merupakan modal mutlak dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Artinya perlu muhasabah (mengevaluasi diri sendiri): Apakah kita tidak tertarik untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an karena kondisi jiwa kita yang tidak cukup bersih untuk berdekatan dengan kitab sesuci Al-Qur’an? Jika jawabannya ya, tidak ada jalan lain kecuali bersegera untuk bertaubat kepada Allah, banyak berdzikir dan berdoa hanya kepada-Nya.
3. Belajar dari Mukmin yang Tinggi Semangat Berjihadnya
http://www.binamuslim.com/2007/09/15/belajar-dari-mukmin-yang-tinggi-semangat-berjihadnya.html
Lemahnya motivasi untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an dan minimnya keyakinan terhadap fadhillah-nya adalah penghambat perkembangan pendidikan Al-Qur’an. Menjadi tugas kitalah untuk mengubah kedua fenomena tersebut, agar masyarakat menjadi lebih dekat dengan Al-Qur’an dan memahaminya dengan baik.
4. Menjawab dengan Segera Waswas Setan Saat Berinteraksi dengan Al-Qur’an
http://www.binamuslim.com/2007/09/16/menjawab-dengan-segera-waswas-bisikan-syaitan-saat-berinteraksi-dengan-al-quran.html
“Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl [16]:98). Dari kesimpulan penafsiran Imam Ibnul Qayyim terhadap ayat di atas, dinyatakan bahwa tak ada pekerjaan manusia yang akan mendapat gangguan syaitan yang lebih besar dan dahsyat daripada kegiatan bersama Al-Qur’an. Kita kecam diri sendiri: “Mengapa untuk kegiatan yang lain tersedia waktu yang cukup sedangkan untuk bertilawah Al-Qur’an tidak ada waktu?” Persoalan sesungguhnya sebenarnya bukanlah ada-tidaknya waktu, tetapi adakah kemauan dari dalam diri kita untuk menyempatkannya atau tidak?
5. Siap Bekerja Keras dan Berlama-lama Saat Berinteraksi dengan Al-Qur’an
http://www.binamuslim.com/2007/09/18/siap-bekerja-keras-dan-berlama-lama-dalam-berinteraksi-dengan-al-quran.html
Jika ada seseorang yang banyak beribadah tetapi tidak memiliki kecintaan standar dengan Al-Qur’an maka perlu evaluasi terhadap kondisi ibadah orang tersebut dari segi legalitas syar’inya, keikhlasannya, dan pengetahuan tentang ibadah yang dilakukannya. Beribadah dan berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah satu paket aktivitas yang tidak terpisahkan. Untuk mencapai kondisi seperti ini, perlu mujahadah.
6. Mendambakan Al-Qur’an sebagai Kenikmatan Seperti Kita Mendambakan Harta
http://www.binamuslim.com/2007/09/19/mendambakan-al-quran-sebagai-kenikmatan-seperti-kita-mendambakan-harta.html
Melihat orang yang hartanya berlimpah tentu membuat kitapun mendambakannya. Hal itu lumrah dan fitrah sekaligus fitnah bagi manusia. Tetapi percayalah bahwa keimanan yang baik tidak saja menjadikan manusia memimpikan kepemilikan dunia tetapi juga memimpikan dan menginginkan akhirat. Dengan iman, ketika melihat orang lain yang memiliki kelebihan dalam urusan akhiratnya – misalnya sangat baik interaksinya dengan Al-Qur’an, hafalannya banyak, rajin beribadah, serta banyak kontribusinya dalam dakwah – maka kita pun sangat mendambakannya.
7. Melakukan Amal Shaleh Sebanyak-banyaknya
http://www.binamuslim.com/2007/09/20/melakukan-amal-shalih-sebanyak-banyaknya.html
Berinteraksi dengan Al-Qur’an sesungguhnya merupakan dampak dari sekian banyak amal shalih yang telah kita lakukan. Antara Al-Qur’an dan amal shalih saling menimbulkan motivasi antara satu dengan yang lain. Hari-hari yang diisi tilawah satu atau dua juz tentu beda dengan yang tidak diisi dengan tilawah sama sekali. Perbedaan akan tampak dalam semangat shalat wajib dan sunnah, atau ketenangan dalam mengatasi berbagai permasalahan kehidupan. Semua amal shalih pada hakikatnya saling terkait, seperti shalat, tilawah, i’tikaf di masjid dan lain sebagainya. Jangan biarkan jiwa kita terus mengeluh mengenai susah dan beratnya berinteraksi dan bergaul dengan Al-Qur’an. Lakukanlah aksi, niscaya jarak menuju kepada yang kita cita-citakan akan semakin dekat. Insya Allah.
8. Berdo’a Sebanyak-banyaknya
http://www.binamuslim.com/2007/09/21/berdoalah-sebanyak-banyaknya.html
Alangkah indahnya bila kita rajin berdoa, bukan cuma untuk urusan dunia, seperti harta dan yang lainnya melainkan seperti ini: “Ya Allah tolonglah aku agar dapat rajin membaca kitab suci-Mu, memahaminya, mentadabburinya dan mengamalkannya. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah Engkau Maha Tahu apa yang ada di dalam diriku, yaitu suatu keinginan yang sangat kuat untuk hidup bersama kitab suci-Mu. Ya Allah Engkau yang memiliki kitab suci ini, Engkau Maha Kuasa untuk memberikan kepada siapa yang Engkau kehendaki kemampuan untuk hidup bersama kitab suci-Mu.”
9. Mencari Figur Teladan
http://www.binamuslim.com/2007/09/22/mencari-figur-teladan.html
Ketika iman kita semakin baik, tanpa terasa semakin banyak kebiasaan sehari-hari kita yang dipengaruhi oleh figur Rasulullah Saw yang kita cintai, kagumi, ikuti dan teladani. Figur seseorang dalam kadar tertentu biasanya sangat bermanfaat untuk menjadi sumber motivasi dan inspirasi dalam meraih suatu keinginan, termasuk untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an.
10. Meraih Cita-cita dari yang Terdekat
http://www.binamuslim.com/2007/09/23/meraih-cita-cita-dari-yang-terdekat.html
Salafush shalih beranggapan bahwa setiap mu’min pasti membutuhkan Al-Qur’an sebagai penyejuk hati dalam mencari ketenangan, ketentraman dan kenikmatan yang sejati. Untuk mendapatkan hal seperti itu, diperlukan usaha terkecil dan termudah untuk segera dimulai. Kalau belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, misal membedakan huruf shad, dhad, zha, coba targetkan dalam satu bulan untuk mengucapkan satu huruf shad saja sampai benar. Upaya yang dilakukan harus sungguh-sungguh seperti bertanya, mendengar kaset, membaca, talaqqi, atau melalui VCD tahsin tilawah.
11. Jangan Merasa Takut Tidak Kebagian Rezeki
http://www.binamuslim.com/2007/09/26/jangan-merasa-takut-tidak-kebagian-rezeki.html
Kita dapat belajar dari sekeliling kita, rezeki manusia sepenuhnya ada di tangan Allah Swt, akan diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tanpa pandang pendidikan, jabatan, dsb. Keyakinan tersebut akan muncul bila kita berada dalam ketaatan kepada Allah Swt. Bagi yang berdakwah di jalan Allah atau menjadi penghafal Al-Qur’an, tak ada kaitan antara perannya tersebut dengan luas dan sempitnya rezeki. Perasaan manusia dalam urusan rezeki sering dikotori godaan syaitan. Kuncinya: “bersabarlah”.
12. Kokohkan Tekad Jangan Mudah Berubah Pikiran
http://www.binamuslim.com/2007/09/26/kokohkan-tekad-jangan-mudah-berubah-pikiran.html
Sikap istiqamah dan istighfar memiliki hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Dalam hal berinteraksi dengan Al-Qur’an, khususnya menghafal, sering ada gangguan yang menyebabkan kita berubah pikiran. Tadinya bersemangat dan sangat berkeinginan untuk menghafal Al-Qur’an, tiba-tiba kehilangan daya tarik untuk menyempurnakan keinginan menghafal Al-Qur’an yang selama ini diperjuangkan.
13. Berlatih dengan Ekstrim
http://www.binamuslim.com/2007/09/28/berlatih-dengan-ekstrim.html
Melatih diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an membutuhkan upaya-upaya yang ‘ekstrim’. Menurut kita sangat berat, padahal hal tersebut sudah biasa dilakukan para salafush shalih. Contohnya menghafal Al-Qur’an sebanyak enam ribu ayat dihafal luar kepala. Dengan berbagai upaya tersebut, maka kita dipaksa untuk dapat menikmati Al-Qur’an dan insya Allah dapat membuktikan janji Rasulullah Saw bahwa Al-Qur’an bagaikan hidangan yang lezat dari Allah Swt.
14. Berbahagia Jika Kita Bersama Orang-orang yang Sedikit
http://www.binamuslim.com/2007/10/02/berbahagia-jika-kita-bersama-orang-orang-yang-sedikit.html
Telah menjadi sunnatullah, bahwa sesuatu yang istimewa itu jumlahnya sedikit. Dari tujuh hari sepekan, hanya Jum’at yang istimewa, dari 12 bulan setahun hanya Ramadhan yang begitu istimewa, dari sekian jenis logam hanya emas yang paling diburu orang. Di balik sedikitnya orang yang siap untuk menghafal Al-Qur’an, kita perlu yakin bahwa kemuliaan dan keistimewaan itu adalah dari Allah Swt, bukan dari diri kita.
15. Jangan Merasa Takut Terhadap Keadaan Masa Depan
http://www.binamuslim.com/2007/10/04/jangan-merasa-takut-terhadap-keadaan-masa-depan.html
Bagi pribadi yang sedang mendekatkan diri dengan Al-Qur’an misalnya bertekad menjadi hafidz 30 juz, godaan yang sering menggelayuti adalah kekhawatiran terhadap masa depan, seperti maisyah, walimah, serta pertanyaan-pertanyaan bernada negatif yang lain. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada rasa takut dan sedih bagi manusia yang berada di jalan Allah Swt. Ketika mau menghafal, motivasinya harus jelas dan motivasi itu harus terus diyakini. Rasa takut dan khawatir biasanya disebabkan oleh mengambangnya visi dan misi serta kurangnya kepahaman terhadap bobot manfaat dari hafalan Al-Qur’an yang diperoleh. Tanpa disadari, perasaan kita telah dikuasai dan digelayuti oleh kecintaan berlebihan terhadap dunia. Seakan-akan kesuksesan itu hanya ditandai dengan uang dan materi yang banyak. Padahal kehidupan ini tidak terlepas dari sunnatullah bahwa setiap manusia ada yang diberi rezeki yang banyak dan ada pula yang mendapat sedikit – sekalipun keduanya sama-sama aktif mencarinya dan dengan jumlah jam yang sama pula.
16. Jangan Suka Memvonis Diri
http://www.binamuslim.com/2007/10/05/jangan-suka-memvonis-diri.html
Ungkapan-ungkapan bernada pesimis yang keluar di alam bawah sadar kita akan menjadi suatu vonis yang “mematikan” dan menjadikan diri kita berada di dalam kondisi kelemahan total. Jangankan untuk melakukan upaya berinteraksi dengan Al-Qur’an, sekedar keinginan saja tidak mungkin terjadi dalam diri kita sekalipun kita sudah beriman. Kita harus optimis dan membantah ungkapan-ungkapan tersebut agar keluar dari kungkungan ketidakberdayaan diri yang sesungguhnya berasal dari diri kita sendiri.
17. Merayu Diri Agar Mencintai Al-Qur’an
http://www.binamuslim.com/2007/10/06/merayu-diri-agar-mencintai-al-quran.html
Kita bisa bekerja dengan keras saat jiwa kita sedang asyik dengan Al-Qur’an. Tetapi di saat yang lain, kita mungkin mengalami kondisi keengganan yang besar, jangankan disuruh menghafal, sekedar melihat mushaf pun sangat tidak siap. Untuk kondisi seperti itu, kita perlu merayu diri sendiri, merenungi kehidupan diri kita sendiri sambil mencari bahasa apa yang dapat membangkitkan energi kita untuk kembali bekerja: meraih cita-cita hidup bersama Al-Qur’an.