cinta, sebuah kata yang sangat familiar dan mesti semua orang pernah merasakannya. jatuh cinta, adalah frase ungkapan yang pasti selalu menjadi salah satu tema kehidupan. definisinya pun beragam, setiap yang kita cinta dengan tulus berarti kita telah terpaut, memprioritaskan, membela, mengasihi, mengikuti, ingin dekat, rindu, dan sebagainya. yang kesemuanya teraktualisasi melalui niat, ucapan, maupun perbuatan. yang darinya muncul sumber kekuatan untuk membahagiakan dan motivasi bertanggung jawab lalu melahirkan amalan-amalan hati dan anggota tubuh. bahwa agaknya tepat pendapat ibnu qayyim, “tidak ada batasan tentang cinta yang lebih jelas daripada kata ‘cinta’ itu sendiri”.
ada hitam ada putih. jika ada cinta maka tentu ada lawannya. yang kecintaan itu tidak sempurna tanpa menolak lawannya itu dengan sempurna pula. perasaan saling menjauhi, berlepas, berselisih, dan semacamnya. kita kenal istilah ‘benci’. namun mengacu pada pendapat ibnu qayyim di atas, maka kita sebut saja lawan dari ‘cinta’ dengan kata ‘anticinta’.
umum berpendapat cinta dan anticinta bukan perkara remeh, ia adalah suatu yang luhur. tapi ketahuilah mungkin ia ternyata lebih luhur dari anggapan selama ini. mencintai karena Allah dan meng-anticinta-i karena Allah, sebuah perkara aqidah. artinya cinta dan anticinta adalah kewajiban syariat.
cinta dan anticinta adalah bagian dari syahadat ‘laa ilaaha illa Allah’. sebuah ikrar peng-ilah-an (yang dipuja, yang dijunjung, yang dikagumi, yang mendominasi, dan sejenisnya) hanya kepada Allah dan berlepas diri dari ilah selain Allah. ia adalah uluran tali iman yang paling kokoh yang disebutkan dalam hadits yaitu menolong dan memusuhi serta cinta dan anticinta hanya karena Allah.
ia-lah syarat untuk bisa merasakan manisnya iman. dengan menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lain. dengan mencintai yang lain dalam kerangka kecintaan karena Allah. dengan sangat anticinta kepada kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka. cinta dan anticinta yang menyempurnakan iman.
cintalah yang menjadi asas pembangun masyarakat islam, dimana tidak sempurna keimanan seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri. yang seorang menjadi kafir kepada Allah jika mencintai selain Allah dan agama-Nya serta meng-anticinta-i Allah, agama-Nya, dan pemeluknya.
masih berpendapat bahwa cinta dan anticinta adalah seperti apa yang tergambar pada kisah-kisah picisan maupun film-film kurang mutu yang berterbaran di buku, novel dan/atau media?! lupakan! masih beranggapan bahwa cinta adalah sebatas perasaan tulus-suci dua lawan jenis yang menginginkan kebahagiaan bersama?! kurang tepat! masih berparadigma bahwa cinta adalah untuk kasih sayang manusiawi kepada orang-orang dekat, orang tua, dan sahabat?! belum cukup!
secara umum ada tiga macam pihak yang padanya kita tujukan apresiasi cinta dan anticinta, yaitu:
1. yang berhak mendapat cinta secara mutlak: yang beriman kepada Allah dan rasul-nya serta menjalankan syiar-syiar agama dengan ikhlas karena-Nya
2. yang berhak mencapat cinta dan anticinta sekaligus: muslim yang bermaksiat yang mengabaikan sebagian kewajiban dan mengerjakan hal-hal yang diharamkan. tidak boleh mendiamkan, wajib menasihati dan mencegah serta dierintahkan kepada yang ma’ruf dan dilarang dari yang munkar, bahkan berlaku hukuman dan celaan sehingga mereka bertaubat.
3. yang berhak mendapat anticinta secara mutlak: yang melakukan kekufuran syar’i baik dari kalangan muslim maupun non-muslim. dari kalangan muslim jika ia antara lain berdo’a dan tawakkal kepada selain Allah, mencaci Allah, rasul, agama, termasuk mencela quran, serta memisahkan agama dari kehidupan (sekuler) karena meyakini bahwa agama tidak sesuai zaman. dari kalangan non-muslim, jika ia damai maka kita hanya benci akan ketidakberimanan mereka sedangkan dalam interaksi sosial tetap saling menebar rahmat, jika ia memerangi maka kita wajib memerangi dan tidak membiarkan mereka berbuat kerusakan.
kemudian setelah akrab dengan kalimat ‘cinta karena Allah’, lalu bagaimana sebenarnya bentuk realisasi cinta karena Allah itu?
1. membela, menolong dengan jiwa-harta-lisan, membahagiakan serta ikut bahagia jika si dia/mereka bahagia dan menghindarkan kesedihan serta ikut sedih jika mereka sedih
2. mencintai segala yang dicintai untuk diri sendiri berupa kebaikan (berusaha mendatangkan kebaikan untuk si dia/mereka) dan menolak keburukan, tidak mengolok-olok, bersemangat dalam mencintai dan bergaul dengan si dia/mereka
3. memenuhi hak si dia/mereka seperti berkasih sayang, mendoakan, memohon ampunan baginya, mengucap salam, tidak merugikan dalam bermuamalah, menjenguk, dan mengiring jenazahnya
4. tidak mengganggu, mendamaikan perselisihan di antara mereka
5. bergabung bersama dalam jamaa’ah, tidak berpisah, tolong menolong atas kebajikan dan taqwa, amar ma’ruf nahi munkar
sungguh islam adalah agama yang penuh cinta dan di sisi lain juga memiliki anticinta atas dasar kebenaran. siapa yang tidak mencintai maka ia tidak akan dicintai. kita semua mendambakan bisa menjadi orang yang dicintai karena Allah. oleh karena itu hendaknya terlebih dahulu kita berusaha mencintai orang lain karena Allah. kemudian berusaha menjadi pribadi yang memang layak untuk dicintai karena Allah. tentunya pembahasan ini juga mencakup kasus yang mengusik kaum muda: cinta kekasih.
semoga Allah menganugerahkan rasa cinta dan anticinta yang haq ke dalam hati kita semua.
[terinspirasi dari pengalaman acara ‘survival’. saat panitia menyuruh peserta untuk membuat pesan terakhir karena tidak menjamin apakah pada prosesnya akan selamat hidup atau tidak. teruntuk orang-orang yang kutulis di lembar wasiat kala itu: aku cinta kalian semua karena Allah]