dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seseorang dituntut untuk memiliki kondisi diri yang prima sehingga segala kegiatan dapat dijalani dengan baik. diri manusia terdiri dari tiga aspek yaitu jasad, akal, dan ruh. kondisi yang prima seutuhnya akan terbentuk dari kekuatan jasad, kecerdasan akal, dan kestabilan ruhiyah. aspek yang disebut terakhir menjadi yang utama karena dengan keterbatasan jasad dan akal, ruh menjelma sebagai faktor penentu bagi kondisi seseorang. saat jasad kehabisan tenaga serta akal kehilangan kejernihannya, kestabilan ruhiyah akan berbicara untuk me-recover dan mengembalikan ketangguhan pribadi.
interaksi dengan quran adalah sarana yang penting dalam penjagaan kestabilan ruhiyah. bentuk interaksi dengan quran yang paling sederhana adalah tilawah, yaitu membacanya. meskipun tampak sederhana namun efek yang timbul bukan sesuatu yang remeh. lagipula pada prakteknya ternyata tidak mudah untuk tetap konsisten dalam tilawah quran. kadang muncul pertanyaan, kapan waktu untuk tilawah sedangkan tugas lain begitu banyak? ini adalah tantangan dalam menyiasati waktu. sesungguhnya kondisi kesibukan itu akan terus ada sepanjang hidup bahkan semakin lama agenda kesibukan akan semakin bertambah. ini masalah komitmen. jangan mencari pembenaran atas lemahnya komitmen dengan berlindung di balik was-was syetan berupa alasan sibuk, tidak sempat, acara padat, dan lain-lain.
biasakanlah untuk memiliki bacaan quran harian. pancang dan penuhi targetan jumlah tilawah setiap harinya. ukur kemampuan diri agar bisa konsisten. tilawah satu halaman dalam satu hari yang berkelanjutan lebih baik daripada tilawah dua halaman tapi bolong-bolong serta tidak konsisten, hari ini iya, lusa tidak, kemarin terpenuhi target, besok tidak, dan seterusnya. kemudian lambat laun ditingkatkan secara bertahap sehingga bisa mencapai ideal satu juz dalam sehari. tapi sekali lagi, intinya adalah bacaan harian. yang diminta adalah satu juz perhari, bukan tiga puluh juz sebulan. jika targetnya sebatas tiga puluh juz sebulan, bisa saja hari ini tidak tilawah kemudian besok ditombok jadi dua juz.
kembali disinggung di sini bahwa pada prakteknya tidak mudah untuk konsisten dalam tilawah harian. bahkan ‘semudah’ apapun targetan tersebut tetap saja tidak lepas dari goyah. perlu dilakukan penyiasatan agar tagetan harian terpenuhi dan berkelanjutan. beberapa strategi yang dapat dipakai sebagai kiat menjaga tilawah antara lain:
pertama, selalu membawa mushhaf. hal ini akan memudahkan dalam pemenuhan target. jika suatu ketika tiba-tiba mendapatkan keluangan waktu yang tidak direncanakan maka dapat langsung tilawah. selain itu, akan juga timbul rasa malu dan sayang jika sudah repot-repot membawa mushhaf tapi tidak dibaca.
kedua, porsikan waktu yang memang khusus untuk tilawah. jangan memberikan waktu ‘sisa’ untuk quran. maksudnya jangan tilawah sesempatnya sehingga jika tidak sempat maka tidak tilawah. berikan waktu wajib tilawah dalam rangkaian agenda harian. misalnya setiap selesai sholat atau saat jam-jam tertentu. waktu khusus tersebut jangan diganggu-gugat. jika ada yang mengajak berkegiatan lain saat itu, katakan dengan tegas “maaf, ini waktu saya untuk tilawah”.
ketiga, cari tempat, suasana, dan waktu yang dirasa nyaman untuk tilawah. hindari kondisi yang membuat malas untuk membaca quran. tiap pribadi memiliki kecenderungan berbeda terkait suasana ini. ada yang nyaman tilawah pada waktu sepertiga malam, ada yang sehabis shubuh, ada juga yang menikmati tilawah saat tengah hari. ada yang suka tilawah di masjid, ada yang sambil berbaring di kamar, ada juga yang senang tilawah di depan pemandangan.
keempat, jika lalai memenuhi target pada hari itu, lakukan qadha. misalnya target adalah dua halaman, tetapi hari ini dengan benar-benar terpaksa hanya bisa tilawah satu halaman, maka esoknya harus membaca tiga halaman. dengan demikian akan muncul perasaan ‘berat’ saat meng-qadha sehingga terpacu untuk tetap memenuhi target harian. namun jangan jadikan qadha sebagai kebiasaan. jangan menganggap remeh saat satu hari tidak memenuhi target tilawah.
kelima, berusaha memperlancar tilawah (balajar tahsin) sehingga tidak berat melakukannya. selain itu sebenarnya cara paling efektif untuk memperlancar bacaan adalah justru dengan sering membaca. jarang membaca malah akan membuat ‘lidah menjadi tebal’ sehingga susah melafalkan ayat-ayat. tapi tidak lancarnya membaca jangan jadi alasan untuk tidak tilawah. bukankah bagi yang terbata-bata dalam membaca quran mendapat dua pahala?!
Orang yang pandai membaca Al Qur’an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala. [HR Bukhari dan Muslim]
keenam, cari komunitas yang mendukung. contohnya adalah kelompok mentoring. selain di sana bisa saling mengingatkan dan memotivasi, mentoring juga dapat memacu pemenuhan target. misalkan jika ada yang belum memenuhi target tilawah pribadi dikenai ‘hukuman’ tidak boleh pulang usai mentoring sebelum menyelesaikan targetannya.
ketujuh, rajin mengikuti majelis dan kajian quran. dari sana akan diperoleh pemahaman, wawasan, dan urgensi interaksi dengan quran. sudah menjadi karakter manusia dimana ketertarikannya akan tumbuh jika ia mengetahui kegunaan dari sesuatu tersebut terutama bagi dirinya. hal ini dapat memberi dan menjaga semangat dalam tilawah.
kedelapan, perbanyak amal dan jauhi maksiat. setiap amal shaleh akan memberi energi untuk melaksanakan amal shaleh lainnya (termasuk membaca quran). sedangkan maksiat yang satu akan melahirkan maksiat yang lainnya (termasuk menjauhi quran).
kesembilan, berdoalah kepada empunya quran, Allah. mohon keistiqomahan dalam berinteraksi dengan quran. karena kedekatan dengan quran adalah nikmat dariNya.
kesemuanya itu harus dilakukan dengan ikhtiar yang sungguh-sungguh sehingga kemudian tilawah menjadi kebutuhan pribadi. tanda-tanda sudah terlatih adalah jika hari itu belum tilawah akan muncul perasaan gelisah dan merindukan membaca quran. jika bertanya lagi tentang manfaatnya, bukankah pahala membaca quran adalah pahala yang paling mudah didapat?!
Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur’an maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat. [HR Tirmidzi]